Apa manfaat blog ini untuk anda ?

Kamis, 16 September 2010

implementasi soft skill

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan di negara kita ini sangatlah memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Korea Selatan, Singapora, Jepang, Taiwan, India, China dan Malaysia ataupun negara-negara lain yang sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat pada bidang pendidikan. Pada satu sisi, betapa dunia pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar, sedangkan pada sisi lain tantangan memasuki milenium ketiga tidak bisa dianggap main-main.
Menurut Sudarminta, SJ masalah yang dihadapi pada dunia pendidikan di Indonesia saat ini meliputi :
1. Mutu pendidikan kita masih rendah
2. Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah yang belum memadai
3. Krisis moral yang melanda masyarakat Indonesia
Sedangkan tantangan yang dihadapai agar tetap “hidup” memasuki milenium ketiga adalah perlunya diupayakan :
1. Pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan dan kerjasama global.
2. Pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup.
3. Pendidikan yang menyadari sekaligus mengupayakan pentingnya pendidikan nilai.
Dengan kondisi pemerintah sekarang yang masih harus menanggung beban krisis yang begitu berat, rasanya tidaklah tepat apabila kita menunggu kebijakan dari pemerintah pusat untuk membenahi kondisi pendidikan kita. Sehingga semua pihak yang bertanggung jawab atas kondisi dan sistem pendidikan yang ada di negara kita hendaknya ikut memikirkan bagaimana caranya agar pendidikan di Indonesia dapat mengalami kemajuan seperti negara-negara lain.
Berdasarkan uraian diatas alangkah tertinggalnya kalau kita sebagai guru yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pendidikan tidak ikut bertanggung jawab atas sistem pendidikan di negara kita tercinta ini. Di samping itu kita telah mengetahui bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia yang sudah beberapa tahun ini mengalami reformasi kurikulum yaitu dari kurikulum tahun 1975, 1984, 1994, 2004 dan KTSP 2006 hingga sekarang, yang semua perubahan kurikulum tersebut di peruntukkan dalam meningkatkan mutu lulusan yang mempunyai kompetensi dan mampu bersaing secara nasional dan internasional.
Keterpurukan dunia pendidikan di Indonesia Seperti rendahnya indeks prestasi siswa, angka buta huruf dan minat baca,seringnya terjadi perkelahian antar siswa, tingginya angka anak putus sekolah, belum siapnya sumber daya manusia (terutama guru), minimnya fasilitas, rendahnya dukungan stakeholders di tingkat daerah serta kurangnya pemahaman sisi prioritas pembangunan dunia pendidikan menjadi fenomena dan masalah yang selalu diangkat dan menjadi berita di media massa.
Upayadalam meningkatkan mutu sedang dilakukan seperti menaikkan anggaran pendidikan 20 persen APBN, pemutakhiran kurikulum sampai diterbitkannya UU N0 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Salah satu upaya penting dari masalah di atas adalah dapat diatasi dengan pengembangan soft skill dalam proses pembelajaran siswa, sehingga terbentuk siswa yang terampil dalam segala bidang dan mampu bersaing dalam perkembangan zaman. Di era arus globalisasi dan arus informasi yang pesat sekarang ini yang berimbas kepada pembangunan di seluruh dunia maka untuk dapat terus mengikuti perubahan dan tantangan zaman manusia senantiasa berupaya untuk meningkatkan potensi dirinya agar menjadi manusia bersumber daya berkualitas . a. Pada dasarnya Dalam dunia pendidikan, ada tiga ranah yang harus dikuasai oleh peserta didik yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ranah afektif berkaitan dengan attitude, moralitas, spirit, dan karakter, sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang sifatnya prosedural dan cenderung mekanis.
Dalam realitas pembelajaran usaha untuk menyeimbangkan ketiga ranah tersebut memang selalu diupayakan, namun pada kenyataannya yang dominan adalah ranah kognitif dan psikomotorik. Akibatnya adalah peserta didik kaya akan kemampuan yang sifatnya hard skills namun miskin akan soft skills. Gejala ini tampak pada out put pendidikan yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, pintar, juara kelas, namun miskin kemampuan membangun relasi, kekurangmampuan bekerja sama dan cenderung egois, serta cenderung menjadi pribadi yang tertutup dan bersifat otoriter.
Kelulusan adalah gerbang menuju episode pendidikan berikutnya. Bagi yang lulus SMA dapat memilih alternatif untuk kuliah di PT, dapat pula kuliah kehidupan dengan terjun langsung di dunia usaha/industri dan di masyarakat. Namun tidak semua lulusan mampu memilih langkah pasti yang akan diambil. Euforia kelulusan hanya sesaat setelah pengumuman kelulusan, episode berikutnya adalah kegamangan menjalani aktifitas kehidupan. Tidak semua lulusan mampu secara intelektual mengambil program studi di perguruan tinggi yang diidam-idamkan. Tidak semua lulusan berasal dari keluarga yang mampu secara finansial, apalagi di tahun sekarang harga kursi di perguruan tinggi mahal. Dan tidak semua lulusan memiliki insting untuk berwira usaha, sementara bekerja sebagai buruh tidak semua lulusan memiliki nyali untuk menjalaninya.
Fenomena ini memberi gambaran bahwa pendidikan kita tidak menyiapkan alternatif pilihan pasca kelulusan siswa SMA . Pembelajaran di kelas hanya berorientasi bagaimana meluluskan siswa tanpa memikirkan softskill seperti apa yang dimilikinya.
Penguasaan hard skills yang lebih dominan ini bukanlah kesalahan guru semata, namun sudah sistemik sehingga membelenggu kreatifitas guru dalam penanaman soft skills ke peserta didik. Adanya Ujian Nasional yang memforsir tenaga dan fikiran guru dan siswa, keharusan penguasaan berbagai keterampilan (dalam ujian praktik berbagai mata pelajaran) merupakan bukti bahwa sistem pendidikan kita lebih menekankan kemampuan teknik yang bersifat hard skills.Seharusnya proses pembelajaran menemukan keseimbangan antara hard skills dengan soft skills sehingga peserta didik menjadi pribadi yang cerdas, pintar, namun terbuka dan dinamis, karena pribadi yang demikian cenderung adaptif dan mampu berdialektika dengan perkembangan dan perubahan zaman. Lalu apa yang kurang dengan pembelajaran di sekolah?. Ada sisi yang selama ini kurang diperhatikan yakni soft skills. Soft skills berada diluar ranah teknis dan akademik, lebih bersifat psikologis sehingga abstrak.
Penelitian di Harvard University membuktikan bahwa soft skills menyumbang 80% atas kesuksesan seseorang. Sayangnya sumbangan yang besar atas kesuksesan seseorang ini sering terlupakan, pendidikan kita justru mengejar kecerdasan intelektual yang sejatinya hanya berperan 20% dalam menentukan keberhasilan seseorang.
Mengingat pentingnya soft skills dalam membekali siswa menggapai prestasi hidup maka sudah selayaknya soft skills dalam pembelajaran dikedepankan.
Melihat hal tersebut diatas pada kesempatan ini saya berminat dan terpacu untuk membuat makalah mengenai” Implementasi Softskill pada KTSP dalam Pembelajaran Biologi SMA”.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kurikulum
Banyak orang yang menganggap kurikulum berkaitan dengan bahan ajar atau buku-buku pelajaran yang harus dimiliki anak didik, sehingga perubahan kurikulum identik dengan perubahan buku pelajaran. Persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar akan tetapi banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, persoalan materi pelajaran, serta persoalan-persoalan lainnya yang terkait dengan hal itu.
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.
Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun 50-an, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang diluar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “ rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Setelah kita kaji berbagai konsep kurikulum, maka dalam bahasan ini kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapain tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Dengan demikian pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen , iimplementasi dokmen serta evaluasi dokumen yang telah di susun.
Menurut SK Mendiknas no 232 / 4 / 2000 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah / Perguruan tinggi.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Apabila masyarakat dinamis, kebutuhan anak didikpun akan dinamis sehingga tidak tersaing dalam masyarakat, karena memang masyarakat berubah berdasarkan kebutuhan itu sendiri.
Kurikulum juga sebagai pedoman mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang anak didik dan pendidik dalam menyerap dan memberikan pengajaran, dan sukses tidaknya suatu tujuan. Bila kurikulumnya didesain dengan sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala kebutuhan pengembangan dan pembelajaran anak didik untuk mempersiapkan diri mengahadapi kehidupannya, tentu hasil / output pendidikanpun akan mampu mewujudkan harapan. Tetapi jika tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus menerus membayangi dunia pendidikan.

B. KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
• KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
• Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
• Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.
Pada dasarnya KTSP mempunyai beberapa landasan umum antara lain :
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006.



Selain itu, KTSP mempunyai ciri-ciri antara lain :
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa semua komponen dan kebijakan KTSP bergatung kepada pihak –pihak yang terkait dalam sekolah bersangkutan dan bersifat otonomi .
C.SOFT SKILLS
1. Pengertian Softskill
Menurut “Berthal dalam Illah Seulah (2008)” softskill dapat diartikan sebagai “personal dan interpersonal behaviours that developand maximize human performance( eg,coaching team building, decision making, initative) Softskill don’t include technical skill,such as financial,computer and assembly skill, sedangkan menurut Owen dan Schatzberg “softskill” adalah mereka yang terbuka menerima bimbingan, mampu bekeerja sama dalam lingkungan yang beragam dan mampu meresolusikan konfilk. Selain itu soft skill adalah dapat berkomunikasi ,kejujuran dan kerja sama, motivasi, kemampuan beradaptasi, komponen interpersonal lainnya.
Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana seseorang
berinteraksi dengan orang lain, yang memuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dan
kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu.
Tujuan dari pelatihan soft skills adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk untuk
mempelajari perilaku baru dan meningkatkan hubungan antar pribadi dengan orang lain. Soft
skills memiliki banyak manfaat, misalnya pengembangan karir serta etika profesional. Dari
sisi organisasional, soft skills memberikan dampak terhadap kualitas manajemen secara total,
efektivitas institusional dan sinergi inovasi. Esensi soft skills adalah kesempatan. Lulusan
memerlukan soft skills untuk membuka dan memanfaatkan kesempatan.
Dari pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa softskill adalah keterampilan lunak yang merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja siswa (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan dll ),yang merupakan modal dasar siswa untuk berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing dalam berinteraksi dengan sesama siswa ,dengan guru, pihak kepala sekolah dan pihak lain yang terkait di sekolah, maupun dalam lingkungan keluarga, masyarakat serta dalam lingkungan kehidupannya sehari-hari.
2 Atribut Softskill
Pada dasarnya atribut softskill sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap siswa akan tetapi dengan kadar yang berbeda-beda yang dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang yang harus diasah dan di praktekkan oleh setiap individu baik melalui pembelajaran dengan segala aktifitas.
Terdapat beberapa kategori softskill antara lain:
Integritas inisiatif , motivasi, etika,kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkaaan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, manajemen waktu, mandiri, dapat mengatasi stress, kemampuan analitik, kreatif, dapat meringkas, dapat menyelesaikan konflik, berkoperasi, bersemangat.
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.
Penulis buku-buku serial manajemen diri, Aribowo, membagi soft skills atau people skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Adapun Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Dua jenis keterampilan tersebut dirinci sebagai berikut: Intrapersonal Skill • Transforming Character • Transforming Beliefs • Change management • Stress management • Time management • Creative thinking processes • Goal setting & life purpose • Accelerated learning techniques Interpersonal Skill • Communication skills • Relationship building • Motivation skills • Leadership skills • Self-marketing skills • Negotiation skills • Presentation skills • Public speaking skills Dari deskripsi diatas maka dapat ditarik kesimpulan ; Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Sedangkan soft skill adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Semua profesi membutuhkan keahlian (hard skill) tertentu dan juga memerlukan soft skill.
D.SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Softskill dalam pembelajaran biologi juga mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghasilkan sikap siswa antara lain : sikap sopan, disiplin, keteguhan hati, bersemangat, motivasi, kemampuan bekerja sama, dan mau membantu orang lain, kreatif dll. Dalam mengimplementasikan softskill factor yang berpengaruh adalah guru biologi, dimana guru biologi akan bisa menjadi contoh teladan yang baik,proses integrasinyadapat berlangsung ketika guru biologi memberikan materi pembelajaran biologi SMA, berupa penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen serta etika yang pada perencanaannya melibatkan guru, siswa, alumni, dan dunia kerja untuk dapat mengidentifikasi pengembangan softskill yang relevan.
Konsep soft skills merupakan istilah sosiologis yang merepresentasikan pengembangan dari kecerdasan emosional seorang yang merupakan kumpulan karakter kepribadian, kepekaan sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft skills melengkapi hard skills, dimana hard skills merupakan representasi dari potensi IQ seseorang terkait dengan persyaratan teknis pekerjaan dan beberapa kegiatan lainnya (Djoko Hari Nugroho, 2009). Domain hard skills adalah learning to know and learning to do, sedangkan soft skills domainnya adalah learning to be and learning to life together. Meskipun soft skills hanya pelengkap bagi hard skills namun sangat berperan dalam kesuksesan seseorang. Penelitian di Harvard University membuktikan bahwa soft skills menyumbang 80% atas kesuksesan seseorang. Sayangnya sumbangan yang besar atas kesuksesan seseorang ini sering terlupakan, pendidikan kita justru mengejar kecerdasan intelektual yang sejatinya hanya berperan 20% dalam menentukan keberhasilan seseorang.
Guru biologi harus menata ulang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan menggali Unsur soft skills yang harus dicari dalam materi pelajaran yang diajarkan. Kemudian secara eksplisit harus ditulis dalam RPP, termasuk di dalamnya bagaiamana mempraktikkan soft skills tersebut di kelas, sehingga siswa memiliki kemampuan softskill setelah siswa menerima pelajaran biologi pada materi tertentu. Melihat keberadaan soft skill yang sangat berperan perlu dibuat rancangan pembelajaran yang sesuai kebutuhan. Rancangan yang dimaksud tentu melibatlan berbagai metode kooperatif, investigatif dan experimental. Metode kooperatif dapat mengasah anak berfikir dan bertindak kooperatif. Dimana siswa dengan siswa, siswa dengan guru saling memberi dan menerima ketrampilan kognisi (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik. Metode investigasi diperlukan untuk menggali permasalahan lebih dalam dan akhirnya untuk dipecahkan secara bersama. Pemecahan akan dilakukan melalui serangkaian tahap penelitian experimental. Rancangan pembelajaran yang dibuat mesti diarahkan pada siswa untuk dapat menampilkan life skill (keterampilan hidup) potensi diri nya.
Persoalan hidup anak didik perlu diinventarisir dan selanjutnya dirancang, diolah melalui serangkaian pembelajaran sehingga ada kesesuaian antara kebutuhan dan pendidikan yang dijalaninya. Upaya pembenahan kurikulum, inovasi pembelajaran guru, diharapkan ada keselarasan (matching) antara teori dan praktek pengalaman belajar siswa.
Pengembangan soft skill memiliki 3 hal penting:
1. Hard work (kerja keras). Untuk memaksimalkan suatu tugas biologi tentu butuh upaya kerja keras dari diri sendiri maupun lingkungan. Hanya dengan kerja keras,siswa akan mampu mengubah garis hidupnya sendiri. Melaui pendidikan yang terencana, terarah dan didukung pengalaman belajar, siswa akan memiliki daya tahan dan semangat hidup bekerja keras. Etos kerja keras perlu dikenalkan sejak dini di sekolah melalui berbagai kegiatan intra ataupun ekstrakurikuler di sekolah. Siswa dengan tantangan ke depan yang lebih berat tentu harus mempersiapkan diri sedini mungkin melalui pelatihan melakukan kerja praktik sendiri ataupun kelompok.
2. kemandirian. Ciri siswa mandiri adalah responsif, percaya diri dan berinisiatif. Responsif berarti siswa tanggap terhadap persoalan diri dan lingkungan. Sebagai contoh bagaimana siswa tanggap terhadap krisis global warming dengan kampanye hijaukan sekolahku dan gerakan bersepeda tanpa motor. Menjaga kepercayaan diri seorang siswa untuk memaksimalkan potensi siswa harus sinergis dengan kerja kerasnya. Ini berarti bahwa kerja keras yang dilakukan akan memupuk rasa percaya diri anak. Kemandirian ditunjukkan juga dari inisiatif anak. Inisiatif kerja sendiri menampilkan usaha lebih maksimal dibanding dengan kerja karena dorongan orang lain, apalagi ditambah ide kreatif serta inovatif.
3. kerja sama tim. Keberhasilan adalah buah kebersamaan. Keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok adalah pola klasik yang masih relevan untuk menampilkan karakter ini. Pola pelatihan outbond yang sekarang marak diselenggarakan merupa-kan pola peniruan karakter ini. Dalam pembelajaran biologi hal ini selalu dapat diterapkan ketika sedang beraktifitas di labortorium ketika mengadakan kegiatan praktikum.
Dibawah ini akan saya buat salah satu contoh Implementasi softskill pada KTSP dalam pembelajaran Biologi SMA pada materi pelajaran Bioteknologi.
Kompetensi Dasar
Melaporkan hasil kajian literatur mengenai bioteknologi dan peranan ilmu lain yang mendukung berkembangnya ilmu bioteknologi

Materi Pokok Indikator Pencapaian Hasil Belajar
• Bioteknologi
- Pengertian bioteknologi • Menjelaskan pengertian dan manfaat bioteknologi
• Menceritakan tentang bioteknologi konvensional dan modern serta contoh-contoh produknya
• Menyajikan laporan dari informasi yang diperoleh mengenai bioteknologi
• Menjelaskan peran bioteknologi dalam ilmu kedokteran
• Mendiskusikan aplikasi bioteknologi untuk masa depan
• Menjelaskan peran mikroorganisme dalam produksi obat (antibiotik), hama, mengatasi pencemaran lingkungan, dan pengendalian hama

- Rekayasa genetika • Menjelaskan pengertian rekayasa genetika
• Menjelaskan proses penyisipan gen dalam usaha mendapatkan galur baru
• Menjelaskan bahaya yang mungkin timbul dari rekayasa genetika
• Menceritakan peranan ilmu genetika, biokimia dan mikrobiologi dalam bioteknologi
• Menjelaskan keuntungan dan kerugian rekayasa genetika
• Menjelaskan peranan mikroorganisme dalam produksi dan peningkatan mutu pangan


Materi Pokok Indikator Pencapaian Hasil Belajar
• Mendiskusikan peran bioteknologi dalam pembuatan makanan
• Menjelaskan pembuatan vaksin dan antibodi secara bioteknologi
• Menjelaskan tentang kultur jaringan dan transplantasi organ


Dalam memberikan materi pelajaran bioteknogi guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. Pada saat pembelajaran guru bisa menugaskan siswa untuk mengobsevasi makanan yang berhubungan dengan kemajuan dalam bioteknologi ,mengetahui proses pembuatannya, membuat makanan misalnya pembuatan tapai, secara berkelompok tidak boleh sama antara kelompok yang lainyang di kerjakan di laboratorium, dengan konsekuensi apabila ada satu kelompok yang tidak membawa bahan maka kegiatan praktikum tidak akan dilakukan , setelah dipraktikumkan, diamati, di buat laporan perindividu, kemudian laporan kelompok yang akan di presentasikan di muka kelas.
Dari kegiatan praktikum diatas yang hanya merupakan bagian dari satu materi pokok secara langsung sudah dapat dikembangkan beberapa softskill antara lain :kesopanan, disiplin, kemampuan kerja sama, membantu orang lain, menyelesaikan konflik dll.

Soft skill akan dicerminkan melalui perilaku seseorang yang memiliki kepribadian, Perilaku tersebut akan muncul bila dibina dan diasah melalui pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship). Dalam pembelajaran biologi, materi pendidikan ini banyak dijumpai untuk dikembangkan.
Sebagai contoh masalah kelangkaan pupuk yang dapat dipecahkan melalui usaha mandiri/kelompok kerja tani (pokja tani) pembuatan pupuk kompos. Tentu banyak tantangan dan hambatan dalam pelatihan yang membuat perilaku siswa lebih matang dan dewasa.
Masalah kelangkaan energi BBM yang menghadang rakyat kecil dapat ditepis melalui upaya pembuatan energi alternatif gas bio dari limbah cair kotoran ternak.
Sementara masalah mal nutrisi atau kurang gizi diatasi dengan pelatihan budidaya ternak lele, budidaya berkebun dll. Pembelajaran bermakna bagi siswa biasanya akan lebih cepat diserap dan dipahami oleh siswa. Upaya kewirausahaan di atas tentu bukan masalah ringan yang dapat dipecahkan oleh guru biologi semata, namun paling tidak akan memberi arah dan dorongan untuk mengambil inisiatif pemecahan masalah yang dihadapi.
Melihat keberadaan soft skill yang sangat berperan perlu dibuat rancangan pembelajaran yang sesuai kebutuhan. Rancangan yang dimaksud akan melibatkan berbagai metode kooperatif, investigatif dan experimental. Metode kooperatif dapat mengasah anak berfikir dan bertindak kooperatif. Dimana siswa dengan siswa, siswa dengan guru saling memberi dan menerima ketrampilan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik. Metode investigasi diperlukan untuk menggali permasalahan lebih dalam dan akhirnya untuk dipecahkan secara bersama. Pemecahan akan dilakukan melalui serangkaian tahap penelitian experimental. Rancangan pembelajaran yang dibuat mesti diarahkan pada siswa untuk dapat menampilkan life skill (keterampilan hidup) potensi diri nya.
Persoalan hidup anak didik perlu diinventarisir dan selanjutnya dirancang, diolah melalui serangkaian pembelajaran sehingga ada kesesuaian antara kebutuhan dan pendidikan yang dijalaninya. Upaya pembenahan kurikulum, inovasi pembelajaran guru, diharapkan ada keselarasan (matching) antara teori dan praktek pengalaman belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus di capai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
- softskill adalah keterampilan lunak yang merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja siswa (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan dll ),yang merupakan modal dasar siswa untuk berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing dalam berinteraksi dengan sesama siswa ,dengan guru, pihak kepala sekolah dan pihak lain yang terkait di sekolah, maupun dalam lingkungan keluarga, masyarakat serta dalam lingkungan kehidupannya sehari-hari.
- Atribut softskill antara lain :Integritas inisiatif , motivasi, etika,kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkaaan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, manajemen waktu, mandiri, dapat mengatasi stress, kemampuan analitik, kreatif, dapat meringkas, dapat menyelesaikan konflik, berkoperasi, bersemangat.

Saran
-Sebagai tenaga pendidik guru harus mengetahui atribut softskill sehingga dalam menyusun rancangan pembelajaran dapat sesuai dengan kebutuhan siswa. Rancangan yang dimaksud akan melibatkan berbagai metode kooperatif, investigatif dan experimental.
- Dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan Pendidikan(KTSP ) Sekolah seharusnya menyeimbangkan antara kemampuan softskill dan kemampuan hard skill siswa karena kedua skill tersebut saling melengkapi dan mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam implementasinya kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006
Muhaimin,MA,dkk. Pengembangan Model KTSP pada sekolah dan Madrasah,Jakarta; rajawali Press,2008
Sailah,I. Pengembangan Softskill di perguruan tinggi,Jakarta ;Tim Kerja pengembangan Softskill Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,2008.
http://biologi-staincrb.web.id/blog/soft-skill-dalam-pembelajaran-biologi, diakses tanggal 31 agustus 2010
http://www.infocomcareer.com diakses tanggal 2 September 2010
http://djejak-pro.blogspot.com/search?s= diakses tanggal 3 september 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar